"The Amazing World Of NisaUzumaki" Have Fun and Keep Fighting Yah :) Yoroshiku Onegai Shimasu ~~ nisauzumaki.blogspot.com

Rabu, 05 September 2012

Yang Terbaik Bagimu


Yang Terbaik Bagimu
    
     “Rani” itulah namaku. Setiap hari aku selalu bersama dengan ibuku. Kami berdua, menjalani suka dan duka bersama.  
         Pada hari itu, aku dan ibu pergi untuk jalan-jalan bersama. Setibanya di rumah ibu jatuh pingsan dan akhirnya sakit. Ibu tidak sadarkan diri, aku takut ibu kenapa-napa. Aku lansung membawa ibu ke rumah sakit dekat rumah.
         Akhirnya ibu mendapat pertolongan dari dokter. Kata dokter ibu sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. “ Ibu bertahanlah !! “ ujar ku. Aku pun duduk sambil menunggu ibu terbangun, tak lama kemudian ibu bangun dari tidurnya. “Alhamdulillah... ibu sudah bangun” ucapku kepada ibu. “Ibu dimana nak..??” tanya ibu kepada ku. “Ibu di rumah sakit, ibu sakit sekarang..” jawab ku.
         Keesokan harinya ibu sudah diperbolehkan pulang. Aku senang ibu pun juga senang. Sesampainya di rumah, aku menyuruh ibu untuk istirahat. Aku kemudian membuatkan minum untuk ibu. ”Bu.. ini tehnya, diminum bu..biar cepat sembuh” ucap ku. ”Iya nak..” jawab ibu.
         Hari demi hari telah berganti, Ibu sudah terlihat sehat kembali. Betapa senangnya hatiku. Hari ini, waktunya untuk aku berangkat sekolah. ”Bu.. Rani berangkat dulu ya..!!” teriak ku. ”Iya nak..” jawab ibu. Aku pun mecium tangan ibu dengan senang hati, dan kemudian aku berangkat bersama dengan Risha dan Ali.
         Jam sudah menunjukkan waktunya pulang sekolah. Aku pun pulang bersama dengan teman-teman. Sampai di rumah, ibu sudah memasak masakan kesukaan ku. Ibu selalu membuat aku tersenyum walau ibu sendiri kadang kurang bahagia karena ayah telah meninggal dalam kecelakaan sebulan yang lalu. Ibu merasa dalam hatinya kurang lengkap tanpa seorang suami untuknya. Aku mencoba menghibur ibu sebisa yang aku bisa.
         Ulangan semester sudah dimulai. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku harus bisa mendapat peringkat satu walaupun itu sulit. Ini demi ibu, yang telah merawat dan membahagiakan aku. Sekarang, aku yang harus membuat ibu bahagia di dalam hidupnya. Ulangan dimulai, aku mulai mengerjakan soal. Dan alhamdulillah, soalnya mudah jadi, aku dengan cepat mengerjakannya.
         Ulangan selesai, tinggal pembagian rapor dan soal ulangan. Ternyata, nilai ku bagus-bagus dan semua di atas rata-rata, aku juga mendapat peringkat satu di kelas. Setelah menerima rapor, aku bergegas pulang. Di depan rumah terdengar bunyi,aku langsung berlari ke dalam. Ternyata ibu pingsan di dapur. ”Ibu…ibu kenapa..??” teriak aku. ”Tolong… tolong..!!” teriak ku sambil  berlari keluar rumah. Orang pun berdatangan ke dalam rumah untuk menolong ibu. Ibu langsung masuk rumah sakit.
         Kata dokter ibu sakit yang sangat parah. Dan selama ini ibu tidak pernah bilang padaku bahwa ibu sakit parah. Dalam hatiku aku merasa kecewa juga sedih karena ibu tidak mau bilang padaku kalau dia sakit. Seandainya ibu bilang dari dulu pasti ibu sudah sehat sekarang.
         Ibu sekarang masih dalam keadan kritis. Aku sedih apabila ibu nanti tidak bisa ditolong. Aku pun berdo’a dan terus berdo’a untuk ibu. Sekarang, aku sadar bahwa ibu tidak ingin aku sedih melihatnya yang sakit parah. Dia ingin aku bahagia, dia ingin aku dapat tersenyum.
         Waktu menunjukkan waktu untuk pergi sholat. Aku langsung bergegas pergi ke masjid yang ada di rumah sakit tempat ibu dirawat. Aku pun berdo’a untuk kesehatan ibu. Aku ingin ibu sehat seperti dulu. Kali ini aku akan tunjukkan yang terbaik bagi ibu. Aku akan patuhi perintahnya, aku akan jadi anak yang berbakti pada ibu. Itulah janjiku pada diriku sendiri. Selesai sholat aku pun kembali ke kamar ibu.
         Tak lama kemudian ibu bangun, ibu memintaku untuk menyuapinya makan. ”Enak bu..??” Tanya ku pada ibu. ”Enak.., terima kasih anak ku, kamu memang anak ibu yang palig baik.” jawab ibu.
         ”Ibu harus sehat, nanti kalau ibu sudah sehat, Rani janji, Rani akan buat ibu bahagia” ucapku pada ibu.  ” Terima kasih anakku... kamu memang anak yang baik, besok kalau ibu sudah tidak ada, kamu jaga diri ya nak !!. Jangan lupa makan yang banyak, belajar yang rajin supaya bisa mencapai cita-cita mu.. Ibu selalu mendo’akanmu nak..!!”. ”Ibu jangan bilang begitu.., ibu harus yakin bahwa ibu masih bisa sembuh” Ucap ku. Tak lama kemudian ibu meminta izin ke aku bahwa ibu mau tidur.
         Rencananya, hari ini aku ingin menunjukkan hasil belajar ku selama ini kepada ibu. Tapi  hari ini, ibu tidak bangun-bangun. Aku mencoba membangunkan ibu tapi ibu tetap saja tidak mau bangun. Aku langsung memanggil dokter. Kata dokter, ibu sudah meninggal. Kertas hasil belajar yang aku pegang langsung jatuh ke bawah tepat tidur ibu. ”Ibuuuu..... Jangan tinggalkan Rani sendiri...Ibuuuu... Ibu dengarkan, Rani sayang sama ibu, Rani sangat mencintai ibu, Rani akan patuhi perintah ibu.. Ibu jangan pergiii huhuh...” teriakku sambil menangis.
         Keesokannya, ibu dimakamkan di pemakaman terdekat. Para pelayat berdatangan ke rumah. Setiap ada pelayat datang, aku selalu menangis karena aku selalu teringat oleh ibu. Tujuh hari berlalu, aku sudah bisa membiasakan diri hidup tanpa seorang ibu dan ayah. Tapi aku senang karena disaat akhir hidup ibu, aku sudah lakukan yang terbaik baginya. Aku pun selalu berdo’a, ”Tuhan...sampaikan sejuta sayang ku untuk ibu dan ayah, aku akan terus berjanji tak akan membuat mereka kecewa di alam sana...”.
         Dua tahun berlalu, aku sudah beranjak dewasa sekarang. Aku selalu teringat akan masa kecilku yang sangat bahagia bersama ibu. Disisi ibu aku selalu merasa senang, disisinya aku selalu merasa nyaman, disisinya terliang hangat nafasnya. Dia tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapannya. Ibu tidak pernah membuatku jatuh dan terinjak. Jika aku jatuh, ibu selalu membangunkanku dari keterpurukan ku. Ibu selalu memberi motivasi aku untuk selalu semangat dalam belajar dan menjalani hidup yang tidak adil ini.
         Andaikan waktu dapat bergulir kembali, aku akan membuat ibu bahagia yang tidak ternilai harganya. Tapi, ibu sekarang sudah tidak ada... Satu yang bisa aku lakukan untuk ibu yaitu, mendo’akannya agar dia bahagia disana...
          Sekarang, aku sudah bisa hidup normal seperti biasa. Hidup bersama dengan bibi dan sepupu yang aku sayangi. Jangan ada air mata lagi. Karena kalau kita sedih karena orang yang kita sayang pergi, maka orang yang kita sayang juga ikut sedih. Ikhlaskan dia pergi, agar dia tenang disana...







                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank You :) :) !!