Arti Sebuah Kata
“Teman”
“Amir”
itulah sebutan untuk diriku. Dari lahir aku selalu dibenci oleh orang yang ada
di dekatku. Bahkan sampai sekarang tidak
ada yang mau berteman denganku. Mereka sering menyebutku sebagai anak haram
yang tidak punya seorang ayah. Memang aku punya ayah tapi entah kemana ayah
pergi aku tak tahu dan ibuku telah meninggal ketika aku berumur tiga tahun.
Maka dari itu aku selalu dibenci dengan orang lain.
Kini
sudah waktunya bagiku masuk ke sekolah untuk menuntut ilmu dan mencari teman.
Tetapi apa hasilnya? Yang ada hanyalah ejekan dan ejekan dari anak-anak yang
lain. Tujuanku untuk sekolah adalah menuntut ilmu. Tapi, aku terlahir dengan
kemampuan yang payah. Jadi, apa yang aku lakukan untuk menjadi hebat di sekolah
selalu mengalami kegagalan. Tapi aku tidak akan menyerah untuk melangkah maju.
Aku terus berusaha agar aku menjadi pintar. Walaupun hasilnya selalu buruk, aku
tidak akan pernah menyerah.
Saat
pulang sekolah aku bertujuan untuk jalan-jalan di pasar. Saat aku berhenti di sebuah
toko mainan, aku merasa tertarik dengan topeng yang dipajang di depan toko
tersebut. “Wow !! topeng yang ini keren.” Ucapku dengan rasa senang. Tiba-tiba
sang penjual topeng keluar dan meyuruhku pergi. “Pergi sana anak haram, jangan
dekat-dekat toko ku. Pasti kamu akan merusakkan semua barang yang ku jual.”
Jawab penjual toko tersebut. “Tapi aku hanya melihat-lihat saja Paman. Aku
tidak ada niat untuk merusak barang dagangan anda.” Jawabku. “Kalau kau ingin,
ini ambil saja!! Cepat pergii !!” Jawab Penjual topeng dengan melemparkan
topeng itu ke arahku. “Paman aku bukanlah sampah tempat kau membuang topeng
ini, aku adalah Amir. Amir bukanlah tempat sampah” Teriak ku pada Penjual
topeng tersebut.
Suatu sore, saat aku sedang berjalan di dekat
sungai, aku melihat ada seorang anak yang duduk di tepi sungai tersebut. Dia
terus melihatku. Dengan menatap matanya aku merasakan bahwa dia mengerti akan
perasaan dan keadaan yang aku alami
sekarang. Sejujurnya aku ingin sekali untuk berhenti dan berbicara dengannya. Tapi
aku malu untuk memulai berbicara dengannya. Hingga pada akhirnya, aku
memutuskan untuk tetap berjalan dan pergi darinya.
Keesokan harinya, aku bertemu
dengannya lagi disekolah. Setelah aku perhatikan dia sangat sangat sangat
sangat sangat sangat keren, sehingga para anak perempuan di sekolah
tergila-gila dengannya. Dalam pelajaran di sekolah pun dia juga termasuk
anak yang pintar. Sehingga dia membuatku
semakin iri dengannya. Sejak saat itulah aku menganggap dia adalah sebagai
rivalku.
Saat pertama dia di sekolah aku
sangat membencinya. Tapi pada suatu hari saat aku di bully oleh Diki dan
kawan-kawannya yang terkenal paling berkuasa di sekolah, tiba-tiba dia datang
untuk menolongku. Perasaan benci yang aku rasakan kian hari semakin menghilang.
Justru rasa nyaman berada di dekatnya lah yang tumbuh di dalam hatiku.
Mulai saat itulah aku berkenalan
dengannya secara resmi. Ternyata namanya adalah Erwind. Sejak saat itulah kami
menjadi teman dan anggapanku sebagai rivalnya telah hilang ditelan waktu. Saat
bersama dengan Erwind, aku merasa tidak sendirian lagi. Dan akhirnya aku
mengerti bagaimana rasanya kasih sayang seorang teman. Pertemanan kami bagaikan
ikatan yang tak akan putus. Maka dari itu aku akan menjaga ikatan yang Erwind
berikan padaku.
Hari demi hari aku lalui bersama
dengan Erwind. Kerja kelompok bersama bermain bersama. Dia sudah aku anggap
teman sekaligus saudara yang mengerti akan keadaan yang aku alami saat ini. Sungguh
bahagia hatiku karena akhirnya perjuanganku untuk mencari teman tidaklah
berakhir dengan kegagalan. Ini adalah kali pertama aku berteman, makanya aku
masih kaku saat berteman dengan Erwind.
Suatu hari di sekolah kami
kedatangan murid baru dari luar kota yang hanya menetap sementara disini,
namanya Rafa. Kami sangat terkejud ketika melihat sikapnya yang sangat buruk
itu muncul. Sikapnya sungguh sangatlah aneh dihadapanku. Ketika aku sedang
susah mencari teman, dia malah meremahkan teman. Tapi mungkin dia belum
terbiasa sekolah disini.
Suatu
ketika, saat Rafa sedang minum tiba-tiba Erwind menjatuhkan air minum dan menumpahkan
air minum ke baju Rafa. Emosi Rafa kian meledak. Rafa hendak menjatuhkan gelas
tersebut pada Erwind, untung ada aku tahu kejadian itu. Segera aku berlari dan
melindungi Erwind. Pecahan beling itu melukai tangan dan kaki ku. Walaupun
sakit, tapi demi Erwind akan aku lakukan segalanya.
Rafa
bertanya padaku. “Kenapa kau melindungi dia, sedangkan dia tidak pernah
menolongmu ??” akupun menjawab “Karena dia adalah temanku.” Setelah menjawab
pertanyaan tersebut aku segera pergi ke UKS untuk mengobati lukaku. Tapi
setelah aku melihat ke belakang ternyata Rafa termenung. Entah apa yang dia
pikirkan.
Setelah
2 bulan lamanya Rafa bersekolah disini, aku melihat perkembangan Rafa sejak
kejadian waktu aku melindungi Erwind dulu. Rafa yang sekarang menjadi lebih
penyayang dan perhatian pada temannya. Dan tak terasa pula kini tiba saatnya
Rafa untuk pindah ke kota yang lain untuk pergi dengan ayahnya. Sebelum dia
pergi kami sempat bertemu dan berbicara sebentar sambil mengucapkan selamat
tinggal. “Amir terima kasih atas pelajaran yang kau berikan padaku..” Ucap Rafa
dengan mata yang berkaca-kaca. “Ada apa kamu kok sedih gitu haa?? Memangnya aku
pernah berbuat apa sama kamu Raf??” Jawabku dengan heran. “Dulu bagiku teman hanyalah
sebuah kata yang kecil dan tidak bermakna. Tapi setelah aku bertemu denganmu,
aku mengerti betapa berharganya arti kata tersebut.” Saut Rafa. “Alhamdulillah,
akhirnya kau mengerti. Aku juga ikut senang bisa membantumu. Dulu aku tidak
punya teman sama sekali. Saat aku melihatmu dulu, aku tak pernah bayangkan
bagaimana usaha ku untuk mendapat seorang teman saja. Sedangkan kamu hanya bisa
meremehkan mereka. Maka dari itu aku bahagia karena sekarang kau bisa
menghargai teman.” Jawabku. “Terima kasih Amir. Kau memang teman yang baik”
Sejak
saat itu aku mulai merasa hidup karena bisa menghargai dan dihargai oleh teman
yang dulu tak sempat aku dapatkan. Akhirnya aku mengerti, teman adalah suatu
ikatan, ikatan yang sangat kita butuhkan dalam hidup. Berkat teman kita bisa mengerti
indahnya hidup. Terima kasih teman...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar