Aku Dan Kakakku
Tak terasa sudah satu tahun aku dibonceng kakakku dari rumah sampai
sekolah untuk menempuh perjalanan menuntut ilmu di SMP Taruna. Waktu berjalan
dengan begitu cepatnya. Serasa baru kemarin bersekolah bersama kakak, tapi
sekarang sudah berpisah begitu saja. Dulu, hampir setiap hari baik berangkat
maupun pulang sekolah selalu bersama dengan kakak. Tapi sekarang keadaan sudah
begitu berbeda, karena adanya kenaikan kelas yang harus memaksa aku dan kakakku
untuk hidup berpisah.
Kenaikan kelas memang suatu moment
yang membahagiakan, tapi bagiku kenaikan kelas tahun ini menjadi moment yang
menyedihkan. Karena kenaikan kelas tahun ini adalah waktu dimana aku dan
kakakku harus berpisah karena keadaan yang memang memaksa kami untuk berpisah.
Dimana Kakakku ingin melanjutkan sekolahnya di kota dan hidup di dalam satu
kamar kost yang kecil.
Dari dulu kakakku sudah menginginkan
untuk melanjutkan sekolahnya di kota. Sebetulnya dalam hatiku ingin memaksa
kakak untuk bersekolah di dekat rumah saja agar tetap bisa bersama dengan
keluarga dan tetap bisa berangkat sekolah bersamaku. “Kak sekolah di SMA Taruna
aja biar bisa berangkat bareng sama aku.” Ucapku. “Tapi dik sekolah di kota itu
udah jadi keinginanku.” Jawab kakak. Setelah aku fikir - fikir itu juga demi
kebaikan kakak agar dapat mewujudkan cita-citanya. Akhirnya, aku mencoba
mengikhlaskan kakakku untuk bersekolah di kota dan berpisah dengannya.”Yaudahlah
kak gak papa. Tapi belajar lohh yaaa” Ucapku dengan pelan.
Tak lama setelah pendaftaran, kini
tiba saatnya melihat hasil tes kakakku. Awalnya aku, ibu dan kakakku ragu, tapi dengan penuh percaya diri kami
berangkat untuk melihat hasil tes. Alhamdulillah, setelah melihat hasil tes
ternyata kakakku diterima di sekolah tersebut. Mengetahui hal tersebut aku, ibu
dan kakakku serta keluargaku tak henti-hentinya bersyukur atas diterimanya
kakakku di sekolah tersebut. “Alhamdulillah..” Ucap kami.
Karena minggu ini adalah minggu
terakhir di liburan kenaikan kelas kali ini.Aku dan kakakku memanfaaatkannya
untuk menghabiskan waktu bersama. “Ayo dik jalan-jalan?” Tanya kakakku. “Ayo
kak” Jawabku dengan saaangat gembira. Saat itu juga aku puas-puaskan untuk
minta dibonceng kakakku dari pagi sampai sore, karena sebentar lagi aku sudah
tidak bisa sesering ini merasakan boncengan kakakku. Aku pasti akan merindukan
rasanya dibonceng kakak saat ngebut dan saat pelan-pelan sambil menikmati suasana
di dekat desaku.
Setelah berhari-hari kami menghabiskan waktu liburan, kini tiba
saatnya bagi kami untuk memulai Tahun Ajaran Baru. Inilah moment yang sangaaaat
menyedihkan dalam hidupku. Air mataku pun tak terbendung karena sedih yang
kurasakan. Dengan erat kupeluk kakakku dan kurasakan hangat tubuhnya. Sungguh
memang benar benar hal yang menyedihkan harus berpisah dengan kakak.
Sekarang rumah menjadi sepi, tak ada
yang menghiasi. Biasanya pagi, siang dan malam selalu ada kakak yang menemani. Saat aku tidur di atas kasur aku berfikir, aku
bisa tidur di atas kasur yang luas dan tinggal di rumah yang nyaman, sedangkan
kakak hanya tidur di kasur yang sempit dan hanya hidup di dalam satu kamar kost
yang kecil. Tapi ini adalah hal terbaik untuk kakakku dalam menggapai
cita-citanya.
Satu bulan pertama saat kakak sudah
tidak lagi di rumah, aku merasa kesepian. Setiap pergi untuk menjenguk kakak
hatiku merasa sangaaat gembira. Tapi ketika waktu pulang tiba, aku tak bisa
menahan air mataku. Rasanya aku tak ingin pergi meninggalkannya hidup sendirian
di tengah-tengah Kota. Setiap kakakku pergi meninggalkanku, badanku tiba-tiba
panas dan akhirnya jatuh sakit. Tapi anehnya, kenapa sakit ini datang setelah
aku berpisah dengan kakak ?. Yaa mungkin ini karena aku tak ingin bepisah
dengannya.
Tapi, setidaknya setiap satu minggu
sekali kakak pulang ke rumah untuk menikmati hari minggu di rumah. Dengan
begini rasa rinduku pada kakak sedikit terobati. Walaupun hanya dua hari bisa
bertemu tapi bagiku itu sudah cukup. Melihat wajahnya yang ceria sudah
membuatku bahagia. Karena kebahagiaan kakak adalah kebahagiaanku juga.
Kini
aku sadar bahwa aku sangat menyayangi kakakku. Walaupun aku sering
menjahilinya, tapi kakak tetap sabar dalam menghadapi sikapku. Terima kasih
kakak, kau sudah memberiku kasih sayang dan kesabaranmu. Terima kasih juga atas
tinta berwarna yang kakak tuangkan di lembaran putih hidupku yang membuat
hidupku menjadi lebih berwarna.
Do’aku untuk
kakak semoga kakak tetap selalu dalam lindungan Allah, mudah dalam menuntut
ilmu di sekolah kakak dan dapat meraih cita-cita kakak serta dapat menjadi anak
yang berguna bagi orang tua, agama, nusa dan bangsa. Aammiinnn Ya Robbal
‘Alaamin !!
Cerita dari pengalamannya sndiri t nis
BalasHapusnggih andrean.. hehehe
Hapus