Meluruskan
Aqidah
Assalamu’alaikum...
Hai, kaum muslimin dan muslimat. Di artikel saya kali ini akan membahas tentang aqidah. Simak
baik-baik yaaa..
Aqidah adalah ikatan amalan
manusia dengan Allah SWT. Sesungguhnya manusia itu diciptakan Allah untuk
beriman kepada Allah. Jadi manusia harus mempercayai bahwa Allah itu ada. Dan
manusia berkewajiban menjalankan perintah untuk bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman
kepada Malaikat-malaikat-Nya,
Rasul-rasul-Nya,
Kitab-kitab-Nya,
hari Akhir, takdir
baik maupun buruk .
Aqidah Tauhid
dibagi menjadi 3 yaitu :
- Tauhid
Al-Uluhiyyah,
mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata. - Tauhid
Ar-Rububiyyah,
mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini. - Tauhid Al-Asma'
was-Sifat,
mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.
Manusia diciptakan Allah dari setetes air mani. Dan akhirnya
tumbuh menjadi seorang makhluk yang paling sempurna diantara makhluk hidup yang
lainnya. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an Surah At- Tiin ayat 4 yang
berbunyi “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
sebaik-baiknya.” Jadi manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia karena
manusia diberikan akal pikiran.
Maka dari itu, kita sebagai manusia harus melaksanakan
kewajiban kita .Karena apabila kita menyimpang dari fitrah kita sebagai
manusia, maka jasmani, rohani maupun segalanya akan cepat rusak. Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh
seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia
tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak.
Dia akan
berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi
yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor
diantaranya :
1. Tidak
menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan
perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang
aqidah yang benar.
2. Fanatik
kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang
benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima
aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan
apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa
yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."
3. Taklid
buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang
tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh
panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
4. Berlebihan
(ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah
meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat
berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai
penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat
meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada
Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka
mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula
Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."
5. Lengah
dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap
peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir
dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus
menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
6. Pendidikan
di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak
tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah
memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan
fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau
memajusikannya" (HR: Bukhari).
Apabila anak terlepas dari
bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi
yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
7. Peranan
pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan
seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran
agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak
maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya
secara besar-besaran.
Tidak
ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari
hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan
Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai
kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT
berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang
menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang
yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya."
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya :
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Sekian
dulu artikelnya.. semoga bermanfaat ^_^.
Wassalamu’alaikumm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar