"The Amazing World Of NisaUzumaki" Have Fun and Keep Fighting Yah :) Yoroshiku Onegai Shimasu ~~ nisauzumaki.blogspot.com

Kamis, 26 Juni 2014

Short Story - Mata Terindah



Suatu hari saat aku pergi sekolah aku bertemu dengan seorang yang memakai seragam yang sama denganku. Dia sering tersandung, menabrak sesuatu dan akhirnya terjatuh. Melihat hal itu aku menolongnya dan mengajaknya duduk sejenak sambil bertanya. “Ada apa denganmu? Mengapa kamu sering tersandung? Apa kamu gak lihat jalan?” Tanyaku. “Aku buta jadi aku gak bisa lihat apapun.” Jawabnya. “Maafkan aku, aku tak tahu” “Tak apa aku sudah biasa kok. Butaku ini sudah aku alami sejak aku lahir. Jadi aku belum pernah lihat apapun di hidupku. Bahkan melihat wajah ibuku pun aku tak pernah. Butaku ini juga bawa dampak besar dalam kehidupanku. Aku jadi bahan cemo’ohan dari teman teman sekelasku” “Ohh, kamu jangan bersedih yaa! Tetep semangat, apapun yang kamu punya itu sudah jadi pemberian Tuhan yang paling indah buat kamu. Untung kamu masih punya mata daripada ndak punya mata, hayooo hehehe J. Baiklah kalau begitu namaku Tori Nonomi panggil aja Nomi, kamu?” “Namaku Ayane Erisa panggil aja Eri, senang bertemu denganmu, Nomi”
Mulai saat itu kami menjalin hubungan yang kami sebut sebagai persahabatan. Persahabatan kami begitu indah hingga pada akhirnya aku tak tahan dengan teman temanku yang selalu merendahkan Eri. Mereka bilang hidup itu gak berguna kalau gak pake mata, padahal tanpa mata yang tak bisa melihat Eri bisa main piano bahkan main gitar pun bisa. Mereka memang tak mengerti bahwa ada kelebihan di balik kekurangan. Aku paling gak bisa nahan emosi saat aku melihat Eri akan dijeburkan ke dalam tong sampah. Sungguh benar benar panas hatiku rasanya ingin kuledakkan semua amarahku. Tapi sabar itu juga perlu untuk mengatasi permasalahan hehehe.

Aku sudah tak tahan dengan sikap teman temanku, akhirnya aku memutuskan untuk mendonorkan mataku pada Eri tanpa sepengetahuan dari Eri. Dan ternyata mataku cocok untuk dipakai sama Eri. Tapi sebelum mendonorkan mataku aku sempat bertanya pada Eri. “Eri, jika kamu sudah bisa lihat nanti apakah kamu masih mau bersahabat dengan aku?” Tanyaku. “Pasti aku mau kok Cuma kamu sahabat aku Nomi” Jawabnya. “Walaupun nanti aku punya banyak kekurangan?” “Pasti aku terima kekuranganmu kok Nomi” “Terima kasih Eri”
Beberapa hari kemudian Eri menerima surat panggilan dari rumah sakit bahwa sudah ada donor yang tepat untuknya dan bisa langsung segera di operasi. Dan syukurlah operasinya lancar tanpa hambatan. Eri pun siuman, ia tak henti hentinya tersenyum akhirnya dia bisa melihatnya indah dunia ciptaan Tuhan ini. “Wow, ternyata dunia itu indah sekali ya Pak.. Tapi Pak Dokter, siapa yang mendonorkan matanya untuk saya?” Tanya Eri. “Dia tidak mau menyebutkan identitasnya jadi kamu tak perlu tau” Jawab Dokter.
Sekarang terasa beda sekali, biasanya aku bisa lihat apapun tapi sekarang apapun yang kulihat berwarna hitam dan tak ada satupun yang terlihat. “Inikah yang dirasakan Eri?” Tanyaku dalam hati. Beberapa hari kemudian aku berjalan dengan pelan-pelan dan tiba tiba aku menabrak seseorang tapi suaranya sudah tak asing bagiku. “Aduhh..” Ucapku. “Aduhh duh.. kalau jalan pake mata donk!!” Jawab Eri. “Eri itukah kau? Aku Nomi sahabatmu.” “Nomi itukah kau? Kau buta?” “Iya Eri apa ada yang salah?” “Tak apa, aku pergi dulu” “Heii Eri kamu mau kemana? Mari kita ke kantin bareng” “Maaf aku ada urusan”
Aku terkejut mengetahui Eri berubah. Apa karena tau aku buta? Jadi dia tak bisa menerima kekuranganku setelah apa yang aku lakukan. Tak apalah mungkin dia masih teringat masa lalunya yang gelap karena buta. Kalau memang begitu aku bisa menerimanya. Wajarlah dia bisa merasakan apa yang aku rasakan sekarang karena dia pernah merasakan hal yang sama bahkan lebih lama dari aku.
Satu hari, dua hari aku masih bisa menerima sikapnya tapi, lama kelamaan dia sangat sangat berubah. Dia jadi angkuh dan sudah tak mau berteman denganku lagi. “Eri apakah kamu tak mau berteman denganku lagi? Kamu sudah lupa dengan janjimu?” Teriakku. “Janji apa? Sudah lupakan” Jawab Eri kemudia pergi. “Eri... Eri...” Teriakku. “Baiklah kalau begitu.. Semoga kamu bahagia dengan mataku.” Ucapku dalam hati. Mulai saat itu aku pergi dari kehidupan Eri. Aku tak menyangka akan jadi seperti ini.
Suatu hari Eri tiba-tiba sakit keras. Setiap hari dia selalu batuk batuk dan kata teman teman dia sampai mimisan juga samapai dia sudah tidak kuat untuk pergi ke sekolah. “Eri sakit apa ya?” Tanyaku dalam hati. Aku tak berani menjenguknya karena aku taku dia nanti mengusirku. Tapi aku tetap memberanikan diriku. Sampai di depan rumah Eri aku ragu-ragu akhirnya aku kembali dan pulang. Tapi dari jauh aku mendengar suara klakson mobil seakan akan aku mau tertabrak. Tiba-tiba ada seorang yang mendorongku hingga kepalaku terbentur trotoar dan akhirnya pingsan.
Saat aku siuman tiba-tiba aku sudah bisa melihat kembali. Aku berpikir ada apa ini? Kenapa aku bisa melihat? Apaka karena benturan tadi? Terus siapa tadi yang menolongku? Aku jadi bingung karena timbul banyak pertanyaan di dalam kepalaku yang habis terbentur trotoar. Tak lama kemudian ada seorang suster memberiku sebuah surat untukku.
“Nomi, sebelumnya aku minta maaf yaa sudah mengabaikanmu, maaf sudah mengingkari janjiku padamu, maaf aku tidak bisa jadi sahabat yang baik untukmu. Terima kasih kamu sudah mau jadi sahabatku, terima kasih kamu mau terima kekuranganku, terima kasih kamu sudah setia sama aku dan terima kasih banyak atas mata yang kau berikan padaku. Mata ini adalah mata terindah yang pernah aku miliki. Mata yang bisa membuatku melihat indahnya ciptaan Tuhan. Terima kasih kamu sudah membuat aku jadi lebih sempurna karena mata ini. Dokter bilang padaku bahwa kamu ngotot mau mendonorkan matamu padaku agar aku tidak mendapat cemo’oh dari orang orang. Terima kasih atas kepedulianmu yaa Nomi. Aku tak tahu harus berbuat apa agar kamu  mau mema’afkanku. Maaf ya Nomi, di hari ulang tahun ini aku gak bisa kasih apa apa. Aku hanya bisa kasih mata ini untukmu sebagai kado terakhirku. Terimalah yaaaa... jadi aku mengembalikan lagi mata yang telah ku ambil darimu.. terima kasih.. itu benar benar mata terindah, mata yang sangat indah.. aku menyayangimu sahabatku”
Itulah isi surat Eri, Suster mengatakan dia menulisnya di saat saat terakhirnya. Suster juga bilang bahwa dia mengidap sakit parah yang sudah tak memungkinkan baginya untuk hidup lebih lama. Aku sedih karena aku tidak bisa berikan yang terbaik untuknya. Maafkan aku ya sahabatku.. mata yang kau berikan ini akan aku jaga dengan sepenuh hatiku.. karena dengan mata ini aku bisa selalu terhubung denganmu.. Aku menyayangimu sahabatku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank You :) :) !!